Assalamu’alaikum
Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Wahai
saudaraku di dalam al-Qur’an ada tiga binatang kecil yang diabadikan oleh Allah
menjadi nama surah, yaitu Na-Naml ( semut), al-‘Ankabut (laba-laba), dan
al-Nahl (lebah).
Ketiga
binatang ini masing-masing memiliki karakter dan sifat, sebagimana digambarkan
oleh al-Qur’an. Dan hal itu patut dijadikan pelajaran oleh manusia .
Semut
memiliki sifat suka menghimpun makanan sedikit demi sedikit tanpa
henti-hentinya.
Konon, binatang ini dapat menghimpun makanan untuk
bertahun-tahun sedangkan usianya tidak lebih dari satu tahun.
Kelobaanya
sedemikian besar sehingga ia berusaha memikul sesuatu yang lebih
besar
dari badannya, meskipun sesuatu tidak itu tidak berguna baginya.
Lain
halnya dengan laba-laba, sebagaimana digambarkan dalam al-Qur’an bahwa sarang
laba-laba adalah tempat yang paling rapuh
مَثَلُالَّذِينَاتَّخَذُوامِنْدُونِاللَّهِأَوْلِيَاءَكَمَثَلِالْعَنْكَبُوتِاتَّخَذَتْبَيْتًاوَإِنَّأَوْهَنَالْبُيُوتِلَبَيْتُالْعَنْكَبُوتِلَوْكَانُوايَعْلَمُونَ
ia
bukan tempat yang aman, apa pun yang berlindung di sana atau disergapnya akan
binasa.
Jangankan serangga yang tidak sejenis, jantannya pun setelah selesai
berhubungan disergapnya untuk dimusnahkan oleh betinanya.
Telur-telurnya yang menetas saling berdesakan
hingga dapat saling memusnahkan.
Ayat
di atas memberikan gambaran bahwa di dalam masyarakat atau rumah tangga yang
keadaannya seperti laba-laba; rapuh,
anggotanya saling tindih-menindih, sikut
menyikut seperti anak laba-laba yang baru lahir.
Kehidupan ayah dan ibu serta
anak-anak tidak harmonis, antara pimpinan dan bawahan saling curiga.
Akan
halnya dengan lebah, memiliki insting yang sangat tinggi, oleh al-Qur’an
digambarkan sebagimana dalam Firmannya :
وَأَوْحَىرَبُّكَإِلَىالنَّحْلِأَنِاتَّخِذِيمِنَالْجِبَالِبُيُوتًاوَمِنَالشَّجَرِوَمِمَّايَعْرِشُونَ(68)ثُمَّكُلِيمِنْكُلِّالثَّمَرَاتِفَاسْلُكِيسُبُلَرَبِّكِذُلُلًايَخْرُجُمِنْبُطُونِهَاشَرَابٌمُخْتَلِفٌأَلْوَانُهُفِيهِشِفَاءٌلِلنَّاسِإِنَّفِيذَلِكَلَآيَةًلِقَوْمٍيَتَفَكَّرُونَ
Dan
Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah
sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang
dibikin manusia”.
kemudian makanlah
dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).
Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang
menyembuhkan bagi manusia.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.
Sarangnya
dibuat berbentuk segi enam bukannya lima atau empat agar tidak terjadi
pemborosan dalam lokasi.
Yang
dimakannya adalah kembang-kembang dan tidak seperti semut yang menumpuk-numpuk
makanannya,
lebah mengolah makanannya dan hasil olahannya itulah menjadi lilin
dan madu yang sangat bermanfaat bagi manusia untuk dijadikan sebagai penerang
dan obat.
Lebah
sangat disiplin, mengenal pembagian kerja dan segala yang tidak berguna
disingkirkan dari sarangnya.
Ia
tidak mengganggu yang lainnya kecuali yang mengganggunya, bahkan kalaupun
menyakiti (menyengat) sengatannya dapat menjadi obat.
Oleh
karenanya, wajarlah kalau Nabi mengibaratkan orang mukmin yang baik seperti
lebah, sebagaimana dalam sabdanya:
قالرسولاللهصم : مثلالمؤمنمثلالنحلةلاتأكلإلاطيباولاتضعإلاطيباوإنوقعتفىشئلاتكسر.
Rasulullah
bersabda:
Perumpaan
seorang mukmin adalah seperti lebah. Ia tidak makan kecuali yang baik, tidak
menghasilkan kecuali yang baik, dan bila berada pada suatu tempat tidak
merusak”
Semoga
uraian ini bermanfaat untuk kita semua.
Insya Allah . Aaaaamiin.
Wassalamu’alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar