Assalamu’alaikum
Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Menangis saya membaca ini
: Seorang ayah !
Ayah,
lelaki kasar yang pantang sekali menangis.
Namun, tetap tidak bisa membendung air matanya saat mendengar tangisan putri mungilnya untuk pertama kali.
lelaki kasar yang pantang sekali menangis.
Namun, tetap tidak bisa membendung air matanya saat mendengar tangisan putri mungilnya untuk pertama kali.
Ayah,
lelaki kaku yang jarang punya waktu untuk bermain dengan gadis kecilnya. Namun, saat dia pulang kerja dan melihatmu tertidur lelap, pernahkah kamu rasakan pipi dinginnya menyentuh pipi hangatmu..??
lelaki kaku yang jarang punya waktu untuk bermain dengan gadis kecilnya. Namun, saat dia pulang kerja dan melihatmu tertidur lelap, pernahkah kamu rasakan pipi dinginnya menyentuh pipi hangatmu..??
Ayah,
yang jarang bercanda dengan mu, namun masih menyempatkan waktunya untuk memperbaiki selimut tidurmu. Dia tidak ingin gadis kecilnya kedinginan.
yang jarang bercanda dengan mu, namun masih menyempatkan waktunya untuk memperbaiki selimut tidurmu. Dia tidak ingin gadis kecilnya kedinginan.
Setiap hari kamu lewatkan
waktu bergurau dengan Ibumu, jarang sekali dengan Ayah.
Namun tahukah kamu bahwa sepulang kerja, yang pertama sekali diingat Ayah adalah kamu. Tak perduli dengan lelah yang masih melekat, Ayah langsung menanyakan keadaanmu pada Ibu.
Apakah kamu baik - baik saja..??
Apa yang kamu lakukan seharian ..??
Sudahkan kamu makan malam..??
Namun tahukah kamu bahwa sepulang kerja, yang pertama sekali diingat Ayah adalah kamu. Tak perduli dengan lelah yang masih melekat, Ayah langsung menanyakan keadaanmu pada Ibu.
Apakah kamu baik - baik saja..??
Apa yang kamu lakukan seharian ..??
Sudahkan kamu makan malam..??
Ibu akan terlihat panik
sekali saat kamu sakit, namun sadarkah kamu bahwa Ayah tidak bisa tidur
semalaman demi menjagaimu.?
Barangkali kamu memanggil namanya meskipun hanya sekedar igauan.
Barangkali kamu memanggil namanya meskipun hanya sekedar igauan.
Saat kamu beranjak jadi
gadis kecil yang manis, Ibu akan memberikanmu banyak sekali permen dan coklat
agar kamu berhenti menangis.
Beda dengan Ayah, dia lebih membiarkanmu menangis dari pada membelikan coklat dan permen. Karena Ayah tidak mau melihat gadis kecilnya terganggu dalam tidur karena sakit gigi
Beda dengan Ayah, dia lebih membiarkanmu menangis dari pada membelikan coklat dan permen. Karena Ayah tidak mau melihat gadis kecilnya terganggu dalam tidur karena sakit gigi
Ayah merasa bersalah
sekali ketika kamu menangis karena tersundut rokoknya. Mulai saat itu Ayah
bersumpah tidak akan menyentuh rokok yang telah melukai gadis kecilnya. Meski
rokok adalah nyawa keduanya.
Saat menonton Karnaval,
Ibu akan menggendongmu.
Tapi Ayah, akan mendudukkanmu di bahunya. Agar kamu bisa melihat dengan jelas arak - arakan yang ramai.
Seusai melihat Karnaval,
Ibu akan mengajakmu melihat keramaian, lalu memegang tanganmu. Tapi Ayah, akan
menggendongmu. Tidak akan dibiarkannya kamu tersenggol orang yang lalu lalang.
Kalian melewati toko
mainan. Kamu merengek minta dibelikan boneka kesukaanmu.
Tapi ayah, dengan
tegas mengatakan
"Ayah akan belikan, tapi bukan sekarang, Nak."
"Ayah akan belikan, tapi bukan sekarang, Nak."
Ayah tidak mau menjadikanmu manja dengan menuruti semua keinginanmu.
Saat kamu mulai lancar
bersepeda, Ayah akan melepaskan roda bantu sepedamu. Ibu akan marah pada Ayah
"Ayah, nanti putri jatuh."
"Ayah, nanti putri jatuh."
Namun Ayah, dengan penuh keyakinan membiarkanmu mencoba sepeda tanpa roda bantu sambil mengekor dari belakang.
Tahukah kamu, Ayah ingin kamu bisa mandiri dan tidak selalu bergantung pada roda bantu itu.
Saat Ibu sakit, Ayahlah
yang membereskan tempat tidurmu. Agar kamu lelap sepanjang malam.
Ibu akan selalu menyisir
rambutmu, menaburkan bedak kewajah cantikmu. Sebenarnya Ayah juga ingin sekali
melakukannya. Tapi Ayah takut, tangan kasarnya akan melukai pipimu.
Saat gadis kecilnya
beranjak remaja. Ayah mulai memberlakukan jam malam.
Tahukah kamu tujuan Ayah..???
Tahukah kamu tujuan Ayah..???
Ayah ingin mendidik kamu menjadi gadis yang disiplin.
Saat pertama kali kamu
mencoba melanggar jam malamnya, Ayah gelisah menungguimu didepan teras.
Tahu kenapa..??
Ayah ingin menjadi orang pertama yang memastikan keadaan gadis kecilnya baik - baik saja.
Tahu kenapa..??
Ayah ingin menjadi orang pertama yang memastikan keadaan gadis kecilnya baik - baik saja.
Saat teman lelakimu
mengunjungimu dirumah pada satu kesempatan, Ayah akan memasang wajah paling
dingin sedunia.
Pernah kamu bertanya kenapa..??
Karena saat itu Ayah merasa ketakutan bahwa kamu, pelan - pelan akan mulai melupakannya.
Pernah kamu bertanya kenapa..??
Karena saat itu Ayah merasa ketakutan bahwa kamu, pelan - pelan akan mulai melupakannya.
Ayah mulai memilah - milah
teman lelakimu. Kamu menentang Ayah, lalu Ayah membentakmu..!! Saat itu, kamu
membanting pintu kamar sekuatnya, hingga kusen jendela ikut bergetar.
Ibu yang mengetuk pintu kamar, memujukmu dan membelai lembut rambutmu. Tapi kamu tidak melihat, saat itu Ayah menutup matanya rapat sekali dan menyesal telah membentakmu.
Ibu yang mengetuk pintu kamar, memujukmu dan membelai lembut rambutmu. Tapi kamu tidak melihat, saat itu Ayah menutup matanya rapat sekali dan menyesal telah membentakmu.
Ayah hanya tidak ingin kamu disakiti siapapun, Karena bagi Ayah, kamu adalah Anugerah yang paling luar biasa berharga dalam hidupnya.
Saat kamu berulang Tahun
ke - 17, Ayah tidak mengucapkan Selamat padamu. Karena Ayah sibuk bekerja untuk
mempersiapkan kado paling Istimewa, biaya untuk melanjutkan pendidikan ke
Universitas yang selalu kamu impikan.
Di album keluarga, tak
satupun ada foto Ayah, karena Ayahlah yang jadi fotografernya.
Satu waktu saat tengah
makan malam, Ayah tidak ada dimeja makan. Dia sibuk mencarikan lilin, agar
gadis kecilnya tidak tertelan duri ikan.
Saat akan melepaskanmu
kuliah ke luar kota. Ibulah yang memelukmu erat dan menangis. Namun saat itu
tanpa kamu sadari, Ayah membalikkan badannya membelakangimu, menghapus air
matanya. Ayah tidak ingin air matanya menjadi pemberat langkahmu mengejar cita
- cita.
Saat kamu kuliah diluar
kota, Ibulah yang sering menelponmu, menanyakan kabarmu. Namun Ayah lah, yang
menyuruh Ibu. Karena Ayah takut, suara Ayah akan bergetar saat berbicara
denganmu di telepon.
Ayah tidak ingin terlihat rapuh, meski Ayah sangat kehilangan putri kecilnya.
Ternyata Ayah bisa lebih
cengeng dari Ibu, saat mengetahui bahwa gadis kecilnya sakit diperantauan.
Ayah lupa sudah berapa
banyak kerutan diwajahnya, karena Ayah lebih sibuk mencarikan uang untuk
keperluan kuliahmu. Meski sering kali kamu salah mempergunakan uang itu.
Ayah lah yang pertama kali
berdiri dan bertepuk tangan bangga padamu saat kamu wisuda. Ayah akan tersenyum
lega, melihat putri kecilnya telah tumbuh dewasa menjadi gadis yang mandiri dan
tidak manja.
Setelah itu, kamu akan
semakin sibuk dengan pekerjaanmu yang menumpuk. Jarang sekali menyapa Ayah yang
kian ringkih. Namun, Ayah akan sangat memaklumi bahwa kamu lelah seharian
bekerja dan tidak pernah menuntutmu meluangkan waktu untuknya. Seperti yang
sering kamu lakukan dulu pada Ayah.
Kemudian, Ayah sangat
kehilangan saat kamu mulai lebih sering berlama - lama menghabiskan waktu
dengan kekasihmu diruang tamu. Saat itu, setiap malam Ayah rutin sekali membuka
album masa kecilmu. Dia menangis dalam senyumnya. Terbayang didepan matanya,
sebentar lagi putri kecinya yang selalu dibanggakannya akan benar - benar
meninggalkannya.
Itulah Ayah, orang yang
berjasa dalam hidup kita. Namun, miris sekali tidak ada hari Khusus Istimewa
untuk mereka.
Wassalamu’alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar