Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Wahai
saudaraku bila anak-anak kita berpilaku buruk maka siapakah yang akan disalahkan
? Bahkan sangat menyedihkan .
Anak
anak adalah amanat dan titipan Allah untuk dijaga dan dipelihara serta
diperlalukan agar nama baiknya tetap sesuai dengan kehendak Allah swt.
Mungkin
kurang tepat jika kita kambing hitamkan kepada kids zaman now ini sepenuhnya .
Kalau
ada anak zaman sekarang lalu anak zaman dulunya siapa, tak lain adalah kedua
orang tuanya .
Orang
tua tidak bisa menyerahkan sepenuhnya kepada sekolah agar anaknya didik dengan
baik .
Kedua
orang tua lah yang memberikan pendidikan dasar sebagai modal utama atau fondasi
anak tersebut.
Jadi
bila anak anak rusak akhlaknya maka yang paling utama disalahkan adalah kedua
orang tuanya . Mengapa ?
Karena
waktu yang banyak tersedia untuk mendidik anak adalah di rumah yaitu di
keluarga . Sekolah itu hanya memberikan tambahan dari apa yang belum didapat di
keluarganya.
Di
samping kelabilan jiwa yang ada pada umuran mereka, kurangnya penanaman akidah
tauhid sejak dini juga menjadi sebab mengapa kids zaman now melakukan aksi-aksi
negatif di atas.
Coba
anda lihat berita di TV setiap hari ada saja kejadian yang menimpa para remaja
putra dan putrid, bahkan ada ada yang masih dibawah umur unutk melalukan
perbuatan tersebut .
Pemerkosaan,
pembegalan, mabuk mabukan, membentuk geng motor, hura – hura. Sudah pk 12 malam
masih pada keluyuran di jalan .
Jalan
– jalan seharusnya sepi saat pk 18 – pk 21 , ini banyak anak anak yang
nongkrong di pinggir jalan di kampungnya sendiri, kapan mereka akan belajar
untuk mempersiapkan diri untuk masa depannya.
Pengajaran
akidah dan tauhid sejatinya adalah pondasi kokoh dalam pembentukkan karakter
positif seorang anak, dan ini merupakan tanggung jawab dan kewajiban kedua
orang tua dan para pendidiknya.
Tugas
ini seharusnya kedua orang tuanya yang memberikan pendidikan agama, pendidikan
akhlak di keluarganya .
Bila
orang tua kurang mampu maka ajaklah anak anak ke majelis ta’lim untuk
mendengarkan nasehat – nasehat dari para mubaligh.
Atau
ajak anak – anak bersilaturahmi ke orang yang dianggap sepuh / tua untuk
meminta nasehat tentang arti daripada kehidupan.
Ketika
seorang anak diajari akidah dan tauhid, niscaya dia akan mengetahui hakikat
tujuan hidupnya, yakni beribadah hanya kepada Allah saja, dan ini adalah
pondasi dan pokok dasar dalam akidah, yakni memahamkan kepada seorang anak
tentang firman Allah ta'ala,
وَمَاخَلَقْتُالْجِنَّوَالْإِنْسَإِلَّالِيَعْبُدُونِ
Artinya:
"Tidaklah
Aku ciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk mengibadahi-Ku."
(QS.
Adz Dzariyat: 56)
Jika
kids zaman now telah memahami pondasi yang agung ini, maka harapan akan indah
dan positifnya mereka dalam berperilaku akan bisa lebih kita harapkan sebagai
penyejuk pandangan generasi old-nya sekarang, insya Allah.
Ingat
keberhasilan suatu pendidikan akan bernilai baik bila ditunjang oleh tiga
lingkungan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat . Inilah yang dikenal dengan TEORI TRIKON yang dicetuskan oleh penggagasnya yaitu Ki Hajar Dewantara .
Ki Hajar Dewantara adalah seorang Tokoh Pendidikan sekaligus Pahlawan Nasional khususnya di bidang pendidikan .
Beliau adalah pendiri Instituut Ondrewijs of Tamansiswa atau Peguruan Nasional Tamansiswa yang berpusat di Yogyakarta .
Pendidikan di keluarga adalah merupakan modal dasar bagi anak – anak untuk melanjutkan kehidupannya dengan baik di masa mendatang.
Pendidikan
di sekolah sebagai pelengkap dari yang belum diterima di pendidikan keluarga .
Pendidikan
masyarakat adalah merupakan aplikasi atau penerapan pendidikan keluarga dan
pendidikan di sekolah dan juga mencari tambahan bekal pendidikan yang tidak
diterima di keduanya.
Ketiga
– tiganya itu harus bisa berjalan seiring, sejalan, selaras, serasi dan
seimbang .
Bila
salah satu dari ketiganya tidak bisa berfungsi, maka jangan harap anak anak
anda memiliki kualitas hidup yang baik .
Semoga
uraian ini bermanfaat untuk kita semua.
Insya Allah . Aaaaamiin.
Wassalamu’alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh