Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Wahai saudaraku ikhlas itu
adalah pekerjaan hati. Kalau ada
pertanyaan, bolehkah amal kita diperlihatkan kepada orang lain ?
Jawabannya ialah
tergantung niat, kalau niatnya ingin dipuji tentu itu menjadi riya, dan riya
adalah salah satu tanda kemunafikan.
Allah Swt.
berfirman yaitu ,
" Innal munafiqiina ukhoodi'uunallooha wa huwa khoodi 'uhum , wa izdaa qoo muu ilash sholaati qoo muu kusaa laa , yuroo uunan naasa wa laa yadzkuruunallooha illaa qoliilan "
Yang artinya adalah ,
“Sesungguhnya
orang-orang munafik itu menipu Allah , dan Allah akan membalas
tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka
berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di
hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.”
(QS. An Nisaa [4] : 142)
Tetapi jikalau amal yang
dilakukan secara terang-terangan itu dilandasi niat supaya orang lain
mendapatkan hikmah, maka in
syaa Alloh akan berniai ibadah di hadapan Alloh swt .
Seorang sahabat berkata
kepada Rasullulah Saw.,
“Ya Rasulluloh seorang
melakukan amal kebaikan dengan dirahasiakan dan bila diketahui orang
dia juga menyukainya atau merasa senang. Rasulluloh SAW
bersabda, “Baginya dua pahala yaitu pahala
dirahasiakannya, dan pahala terang-terangan.”
(HR. Tirmidzi)
Jadi, beramal dengan
terang-terangan itu tidak identik dengan riya. Tidak boleh kita berburuk sangka
kepada orang yang menyampaikan ilmu , pengalaman dan amalnya.
Tidak perlu kita menilai
apa yang ada di dalam hati orang lain. Memperlihatkan amal diperlukan untuk
keperluan syiar dan dakwah.
Bukankah Rosululloh Saw. pun memperlihatkan banyak
amal ibadah supaya menjadi contoh bagi para sahabat dan umatnya hingga akhir zaman.
Namun, jikalau episode
kita adalah beramal secara terang-terangan, maka wajib bagi kita untuk terus
memeriksa niat.
Karena sungguh, beramal
secara terang-terangan amatlah berat cobaannya. Selalu saja syaitan mengambil
kesempatan untuk menggelincirkan hati kita sehingga niat kita berbelok.
Saudaraku, marilah kita
terus melatih diri kita untuk peka membaca perubahan isi hati ketika beramal.
Sehingga kita semakin terlatih untuk menjaga keikhlasan kita, dan terlatih
untuk segera mengembalikan hati kepada Alloh manakala hati kita melenceng dari jalur keikhlasan.
Setiap amal bergantung kepada niatnya.
Semoga kita tergolong
hamba-hamba Alloh Swt. yang senantiasa ikhlas.
Semoga uraian ini bermanfaat untuk kita semua. Insya Allah .
Aaaaamiin.
Wassalamu’alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar