Dikisahkan Habil Alwi al
Hadad saat kecil selalu mengkuti
kegiatan agama orang tuanya yaitu Habib Abdullah .
Bila orang tuanya
bertahajud iapun ikutan shalat tahajjud.
Bla sudah waktunya bertahajud dan ayahnya belum bangun maka segera
dibangunkan dan diajak melaksanakan shalat tahajjud.
Bila ayahnya harusnya
berceramah di masjid , karena ia pernah dibawa ke masjid itu maka ia mengajak
ayahnya pergi ke masjid untuk berceramah .
Sejak kecil hingga
remaja Habib al Hadad ini tidak pernah
tinggalkan shalat tahajjud di malam hari dan di pagi harinya selalu
melaksanakan shalat Dhuha .
Setelah menjadi dewasa
maka dalam hal ilmu agama ia sudah matang secara alami berkat bimbingan dan
arahan orang tuanya .
Pada suatu hari Habib Al
Hadad kedatangan seorang tamu dan memberitahukan bahwa ia punya uang 1 M , maksudnya
untuk disedekahkan dan minta pendapat
dan saran Al Hadad . Oh itu bagus , mana
uangnya serahkan ke saya biar saya yang ngatur uang tersebut kata Habib Al Hadad .
Tapi begini Bib , nanti
saya mohon diberitahukan bahwa yang ngasih sedekah itu adalah saya , supaya
mereka kenal siapa saya lanjut orang itu.
Silahkan saja uang
tersebut dibawa lagi tidak usah sedekah
melalui saya lagi karena saran dan pendapat saya tidak disetujui .
Artinya kamu
bersedekah itu karena mengharakan pujian dari orang – orang agar kamu disebut
sebagai seorang dermawan. Dan orang
itupun pulang .
Di Hari berikutnya Habib Al Hadad kedatangan
seorang tamu lagi sambil membawa uang 2 M . Dia ingin uangnya disedekahkan
untuk membuat sebuah masjid .
Dan yang melaksanakannya adalah Habib sendiri,
terserah yang membangunnya siapa saja, tapi yang bertanggung jawab adalah Habib
supaya uang itu jellas penggunaannya.
Dan bila masjid itu
selesai tolong kasih nama masjid itu dengan nama saya .
Habib Al Hadadpun
menolak permintaan orang tersebut. Daripada diserahkan ke dirinya lebih baik
kerjakan saja oleh sendiri .
Karena kamu beramal itu bukan karena Allah tapi
ingin dirimu menjadi terkenal . Karena tidak disetujui oleh Habib maka ia pun
pulang .
Di Hari berikutnya Habib
Al hadad kedatangan seorang tamu lagi dan membawa uang, kali ini uangnya 3 M .
Dan memberitahukan bahwa uang itu adalah uang simpanannya selama ini dan ingin
disedekahkan , adapaun caranya terserah Habib saja.
Habib al Hadad bertanya
bila uang itu aku berikan kepada fakir miskin, anak yatim bagaimana ? Terserah Habib jawabnya .
Kalau uang itu aku
manfaatkan untuk membuat masjid
bagaimana kalau masjid itu menggunakan namamu ? Terserah habib tapi tolong jangan menggunakan
namaku, sebaiknya nama yang lain saja .
Misalnya menggunakan nama
istrimu atau anakmu bagaimana ? Wah jangan Bib, aku takut amalku tidak akan diterima oleh
Allah swt. Yang tahu akan hal ini cukup aku , Habib dan Allah saja, jangan
samai orang lain tahu tentang diriku .
Kalau misalnya uang itu
akumanfaatkan untuk diriku sendiri bagaimana ? Aku bilang terserah Habib mau
diapakan uang itu . Karena begitu aku sudah diniatkan bersedekah, maka Allah
sudah mencatatnya .
Adapun Habib mau
memanfaatkannya untuk sendiri atau untuk siapapun atau untuk apapun , itu terserah
Habib, karena baik buruknya Habib sendiri yang menanggung akibatnya, Bila baik
akan menguntungkan Habib dan bila
disalah gunakan kan Habib sendiri yang menanggung dosanya .
Habib Al Hadad pun
menerima uang itu , dan cara yang seperti inilah yang dikehendaki olehnya .
Bukan karena besarnya uang tapi ketulusan niat bersedekah itu seberapa baik
kualitasnya .
Karena jangankan
bersedekah, apapun perbuatan baik kita kalau bisa cukup hanya diri dan Allah
saja yang tahu.
Bila kita telah berbuat
baik, maka tidak usah dipikirkan , harapannya hanya satu semoga apapun yang
dilakukannya itu selalu mendapatkan rahmat dan rido Allah swt .
Baiklah kalau begitu uang
saya terima dan 2 tahun ang akan datang
silahkan kamu datang lagi kemari untuk melihat uang kamu dimanfaatkan untuk apa
oleh saya , sekalian silaturahmi .
Baiklah Bib aku permisi , lalu ia keluar
dari rumah Habib dengan sukacita .
Contoh Sayidina Utsman
kekayaannya sampai sekarang masih mengalir terus karena hartanya itu dikelola
oleh negara dan dimanfaatkan sebagai sedekah beliau .
Pernah terjadi di negeri
Yaman pada saat itu sedang dilanda kekeringan. Hujan biasanya turun, tapi sudah
lama tidak turun hujan. Maka mencari air untuk kebutuhan hidup saja sangat sulit .
Di wilayah itu ada sebuah
sumur , airnya bagus , tapi milik orang Yahudi . Siapapun orangnya yang
membutuhkan air bisa datang kepadanya dan harus membeli .
Karena butuh maka walaupun
harus antri banyak saja yang membeli air tersebut.
Berita itu terdengar oleh
sayyidina Utsman , maka ia segera kesana dan bertanya boleh tidak sumur itu dibeli olehnya . Jelas nggak boleh
olehnya , ditolaknya .
Namun karena orang Yahudi
itu punya sifat licik. Agar sumur itu
masih tetap menjadi miliknya tapi dapat uang besar lagi , maka ia boleh dibeli
oleh Sayidina Utsman tapi hanya selang sehari.
Artinya sehari sumur itu milikku
dan hari merikutnya menjadi milikmu .
Kalau setuju maka uangnya harus
dibayar sekarang .
Sayyidina Utsmanpun setuju, setelah harganya disepakati, maka
langsung dibayar. Setelah Sayyidina Utsman membayar sumur itu lalu bikin pengumuman kepada orang
– orang Muslim
“ Wahai saudaraku sesama
Muslim bila kalian butuh air maka silahkan kalian datang ke sumur itu esok hari , ambil sebanyak mungkin untuk
kebutuhan kalian. Karena hari esoknya
lagi sudah menjadi milik orang Yahudi itu . Sumur itu telah menjadi milikku
tapi selang sehari , sehari miliknya dan sehari jadi milikku. Maka saat sumur
itu jadi milikku , segeralah kalian kesana untu mengambil air sebanyak mungkin
“
Kaum Muslim di Yamanpun
merasa girang bisa ambil air bebas , tidak usah membeli jadi saat sumur itu
milik orang Yahudi tidak ada seorang Muslimpun yang datang .
Dan yang ambil air itu
hanya orang Yahudi sendiri. Yang heran setiap sumur itu milik Yahudi , airnya
hanya sedikit. Baru juga diambil beberapa ember airnya sudah tidak ada .
Sebaliknya pada keesokan
harinya saat sumur itu milik Sayyidina
Utsman airnya sangat banyak. Diambil sampai berkali kali, airnya bukan semakin habis tapi semakin
banyak.
Lama kelamaan orang Yahudi itu marah dan jengkel, tapi apa mau
dikata , misalnya sumur mau ditutup juga tidak bisa karena sumur itu sekarang
milik bersama dengan Sayydina Utsman .
Daipada semakin
menjengkelkan akhirnya sumur itu minta dibayar lagi oleh Sayyidina Utsman dan
beliau langsung membayarnya kepada orang
Yahudi tersebut .
Setelah sumur itu penuh
milik Sayyidina Utsman , maka masyarakat
di daerah Yaman bisa mengambil air bebas kapan saja tanpa harus membayar.
Subhanallah.
Itulah salah satu sedekah
yang dilakukan oleh sayyidina Utsman .
Dan sumur itu sampai sekarang masih ada di tempat tersebut sebagai kenang
–kenangan Sayyidina Utsman .
Kebun kurma Sayyidina
ustman itu ribuan hektar saat akan
meninggal semua harta bendanya disedekahkan kepada Negara , supaya saat
meninggal itu tidak membawa harta sedikitpun , kecuali amal kebaikannya dan
amal zariyahnya .
Itulah menapa saat kita
berhaji selalu pulangnya diberi Al Qur’an yang ada terjemahnya . Itu salah satu
sedekah dari Sayyidina Ustman .
Atau tekadang di negri kita ini ada bantuan
dari Mekkah untuk membangun sebuah masjid atau madrasah. Ini juga sedekah dari
sayyidina Utsman yang dikelola oleh Negara .
Semoga cerita ini bisa
menginspirasi kita agar kita mau berbagi
rezeki , berbagi tiipan Allah dengan yang lain dengan cara bersedekah .
Wallaahua’lam .
Semoga bermanfaat .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar