Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Waahai saudaraku fenomena kelas menengah baru Indonesia sesungguhnya adalah fenomena kelas menengah santri.
Mereka berlatar belakang keagamaan Islam yang relatif
taat meskipun sebatas formal.
Kelas menengah di sini meliputi kelas menengah dalam
dunia bisni dan perekonomian,
akademisi, militer, dan dunia LSM.
Secara ekonomi mereka sudah berada pada post basic-needs. Mereka sudah mempunyai kecukupan untuk melengkapi
kehidupannya dengan aksesoris kebutuhan sekunder. Mereka ini kebanyakan berdiam di kota-kota besar.
Karena, mereka kebanyakan dari latar belakang santri, maka mereka tahu peta jalan keagamaan.
Mereka sadar, kebahagiaan mempunyai banyak sisi, termasuk kebahagiaan melalui jalur agama.
Mereka ini lebih tertarik untuk memahami agama lebih dari sekadar hal formalistis, yang memang sudah tertanam dari dalam lingkungan
keluarganya.
Mereka ingin memahami sisi-sisi lain dari agama. Di antara sisi yang mengasyikkan itu adalah kajian spiritual atau tasawuf.
Kajian tasawuf menjadi sesuatu yang dibutuhkan mereka yang setiap hari bergelimang dunia materi yang lebih dari
cukup.
Mereka sangat
percaya dunia eskatologis, kehidupan setelah mati. Namun, mereka tidak lagi cukup memahami agama dari sudut fikih yang dinilainya terlalu dogmatis, normatif, rutin,
deduktif, dan terkesan kering.
Mereka menginginkan sesuatu yang bersifat mencerahkan,
menyejukkan, dan menyentuh aspek paling dalam di dalam batin mereka. Ternyata, kajian yang seperti ini mereka temukan dalam kajian tasawuf.
Maka dari itu, wajar kalau kajian-kajian spiritual-tasawuf
semakin ramai dikunjungi orang.
Lihatlah, misalnya, lembaga ESQ yang mempunyai members
jutaan orang dari kelas menengah.
Lihat pula pengajian rutin tasawuf setiap Senin dan Rabu
di Masjid Agung Sunda Kelapa
yang menyedot jamaah kelas menengah.
Fenomena yang sama juga terjadi di sejumlah kota besar di Indonesia seperti di Surabaya, Bandung, Makassar, dan Medan.
Kajian tasawuf menarik karena dalam substansi dan ajaran
tasawuf mereka menemukan sesuatu yang klop dengan kegelisahan dan
kegersangan hati mereka.
Mereka juga merasakan rasionalitas dunia tasawuf, yang menekankan aspek humanity seperti mengedepankan
persamaan, bukannya perbedaan.
Selain itu, tasawuf mengedepankan kesatuan bukannya
perpecahan, serta mengedepankan kelembutan dan femininity bukannya
kekerasan dan masculinity.
Melalui tasawuf, mereka mendapatkan penjelasan bahwa Allah itu imanen bukannya transenden seperti banyak dikesankan dunia
fikih.
Semoga uraian ini bermanfaat untuk kita semua . Insya
Allah . Aaaaamiin.
Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar