Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Wahai saudaraku zaman semakin canggih
Seharusnya manusia seharusnya menggunakan akal fikiran
dan hatinya.
Bukan hanya akal fikiran saja, dan juga bukan hanya hati
saja.
Terutama kepada mereka yag senang mecari kelebihan ilmu yang diluar daya nalar manusia sendiri .
Karena yang
dikhawatirkan akan menemukan jalan yang sesat.
Khususnya kepada mereka yang belajar tasawuf ataupun
tarekat .
Barang siapa bertasawuf tanpa berfikih maka dia zindiq
Barang siapa berfikih tanpa bertasawuf maka dia fasik
Barang siapa menggabung keduanya maka dia akan sampai pada hakikat
(Imam Malik)
Fenomena kajian dan pengamalan tasawuf semakin menjadi tren di sejumlah kota
besar.
Hal ini juga bukan hanya berlaku di Indonesia, tetapi
juga menjadi fenomena global.
Tak heran jiwa ilmuwan dan praktisi tasawuf semakin
mobile.
Jaringan berbagai tarekat semakin mengglobal.
Pertanyaannya adalah mestikah manusia bertasawuf ?
Kalau itu mesti, mengapa kehidupan tasawuf dalam era permulaan Islam tidak begitu popular ?
Mengapa kajian tasawuf menjadi fenomena kelas menengah ?
Apakah fenomena ini hanya tren sesaat ?
Semoga uraian ini bermanfaat untuk kita semua . Insya
Allah . Aaaaamiin.
Wassalamu'alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar